Ilmu
merupakan sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan ini, setiap waktu
manusia membutuhkan ilmu untuk menjalani hidupnya, sebagaimana
perkataan Imam Ahmad Bin Hambal “Manusia sangat berhajat pada ilmu
lebih daripada hajat mereka pada makanan dan minuman, karena manusia
berhajat pada makanan dan minuman sehari sekali atau dua kali akan
tetapi manusia berhajat pada ilmu sebanyak bilangan nafasnya”.
Keutamaan ilmu sangatlah banyak, bahkan Ibnu Qayyim al-Jauziyah dalam
kitabnya Buah Ilmu menguraikan sampai 129 sisi keutamaan ilmu, diantara
keutamaan ilmu yaitu :
1. Setiap Muslim Wajib Menuntut Ilmu
Telah bersabda Rasulullah SAW “Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim” (HR. Ibnu Majah, Baihaqi, dll) Hadits Shahih ini menjelaskan dengan tegas kewajiban menuntut ilmu bagi setiap muslim yang telah baligh. Ilmu yang dimaksud disini ialah ilmu din (ilmu agama), ilmu-ilmu agama yang wajib dituntut oleh setiap muslim yaitu ilmu aqidah, ibadah, pengetahuan tentang halal dan haram, akhlak dan hal-hal yang berkaitan dengan apa saja yang dia kerjakan di dunia ini. Ilmu inilah yang diminta oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam do’anya.: “Ya Allah, aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, dan aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat”. (Diriwayatkan oleh Ibnu Majah No. 3843).
Telah bersabda Rasulullah SAW “Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim” (HR. Ibnu Majah, Baihaqi, dll) Hadits Shahih ini menjelaskan dengan tegas kewajiban menuntut ilmu bagi setiap muslim yang telah baligh. Ilmu yang dimaksud disini ialah ilmu din (ilmu agama), ilmu-ilmu agama yang wajib dituntut oleh setiap muslim yaitu ilmu aqidah, ibadah, pengetahuan tentang halal dan haram, akhlak dan hal-hal yang berkaitan dengan apa saja yang dia kerjakan di dunia ini. Ilmu inilah yang diminta oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam do’anya.: “Ya Allah, aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, dan aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat”. (Diriwayatkan oleh Ibnu Majah No. 3843).
Syaikhul
Islam Ibnu Taimiyah mengatakan: “Risalah Nabi meliputi dua hal yaitu
ilmu yang bermanfaat dan amal shalih, sebagaimana terdapat dalam firman
Allah: “Dialah Allah yang telah mengutus rasul-Nya (dengan membawa)
al Huda (petunjuk) dan dienul haq (agama yang benar) untuk
dimenangkan-Nya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrik tidak
menyukainya” (at Taubah:33). Al Huda pada ayat di atas ialah ilmu yang bermanfaat sedangkan Dienul Haq
ialah amal shalih yang terdiri dari ikhlas karena Allah dan ittiba’
kepada Rasulullah. Dengan ilmu inilah bakal tegak dienullah baik secara
keyakinan, perkataan maupun perbuatan.
2. Menuntut Ilmu Merupakan Ibadah
Menuntut ilmu adalah ibadah, bahkan merupakan Ibadah yang paling agung dan paling utama, sehingga Allah menjadikannya sebagai bagian dari jihad fisabilillah, sebagaimana firmanNya dalam surat At Taubah 122. Rosulullah bersabda “Barang siapa keluar dalam rangka thalabul ilmu (mencari ilmu), maka dia berada dalam sabilillah hingga kembali.” (HR. Tirmizi). Imam Ahmad berkata : “Ilmu itu sesuatu yang tiada bandingnya bagi orang yang niatnya benar”. Bagaimanakah benarnya niat itu wahai Abu Abdillah?” tanya orang-orang kepada beliau. Maka beliau menjawab “yaitu berniat untuk menghilangkan kebodohan dari dirinya dan orang lain”.
Menuntut ilmu adalah ibadah, bahkan merupakan Ibadah yang paling agung dan paling utama, sehingga Allah menjadikannya sebagai bagian dari jihad fisabilillah, sebagaimana firmanNya dalam surat At Taubah 122. Rosulullah bersabda “Barang siapa keluar dalam rangka thalabul ilmu (mencari ilmu), maka dia berada dalam sabilillah hingga kembali.” (HR. Tirmizi). Imam Ahmad berkata : “Ilmu itu sesuatu yang tiada bandingnya bagi orang yang niatnya benar”. Bagaimanakah benarnya niat itu wahai Abu Abdillah?” tanya orang-orang kepada beliau. Maka beliau menjawab “yaitu berniat untuk menghilangkan kebodohan dari dirinya dan orang lain”.
3. Ilmu Merupakan Syarat Sahnya Amal
Allah memerintahkan manusia agar mencari ilmu atau berilmu sebelum berkata dan beramal. Firman Allah: “Maka ketahuilah bahwa sesung-guhnya tidak ada Illah selain Allah, dan mohonlah ampunan bagi dosamu serta bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat tinggalmu” (QS.Muhammad:19). Sehubungan dengan ini Allah memerintahkan Nabi-Nya dengan dua hal yaitu berilmu lalu beramal, atau berilmu sebelum beramal. Hal ini dapat kita lihat dari susunan ayat diatas, yaitu : “Maka ketahuilah bahwa sesung-guhnya tidak ada ilah melainkan Allah…” Ayat ini menunjukkan perintah untuk berilmu. Selanjutnya perintah ini diikuti perintah beramal, yaitu : “…Dan mohonlah ampunan bagi dosamu…” . Dari ayat tersebut dapat diketahui bahwa urutan ilmu mendahului urutan amal. Ilmu merupakan syarat keabsahan perkataan dan perbuatan.
Allah memerintahkan manusia agar mencari ilmu atau berilmu sebelum berkata dan beramal. Firman Allah: “Maka ketahuilah bahwa sesung-guhnya tidak ada Illah selain Allah, dan mohonlah ampunan bagi dosamu serta bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat tinggalmu” (QS.Muhammad:19). Sehubungan dengan ini Allah memerintahkan Nabi-Nya dengan dua hal yaitu berilmu lalu beramal, atau berilmu sebelum beramal. Hal ini dapat kita lihat dari susunan ayat diatas, yaitu : “Maka ketahuilah bahwa sesung-guhnya tidak ada ilah melainkan Allah…” Ayat ini menunjukkan perintah untuk berilmu. Selanjutnya perintah ini diikuti perintah beramal, yaitu : “…Dan mohonlah ampunan bagi dosamu…” . Dari ayat tersebut dapat diketahui bahwa urutan ilmu mendahului urutan amal. Ilmu merupakan syarat keabsahan perkataan dan perbuatan.
Dalam ayat yang lain Allah berfirman : “Dan
janganlah engkau mengucapkan sesuatu yang engkau tidak memiliki ilmu
tentangnya. (Karena) sesungguhnya pendengaran dan penglihatan dan hati
(akal pikiran) semuanya itu akan ditanya” (Al Israa’ : 36). Dalam tafsirnya Imam Syaukani mengatakan “Sesungguhnya ayat-ayat ini menunjukkan atas tidak bolehnya beramal dengan tanpa ilmu”.
Dari sini dapat kita ambil kesimpulan bahwa Islam mewajibkan ilmu
terlebih dahulu sebelum berkata dan berbuat. Inilah pendidikan yang
sangat tinggi dalam Islam yang mendasari segala sesuatunya dengan ilmu.
Allah
Subhanahu Wata’ala juga memerintahkan agar kita bertanya kepada ahli
ilmu jika kita tidak mengetahui, sebaimana firmanNya “Tanyalah ahli ilmu jika memang kamu tidak tahu”
(An Nahl 43 dan Al Anbiyaa’ 7). Al Imam Ibnul Qoyyim di kitabnya
miftahu daaris sa’aadah menafsirkan ahludz dzikri dengan ahli ilmu. Dan
dari ayat yang mulia ini Allah SWT mewajibkan dua golongan manusia yaitu
Ahli ilmu yang wajib bagi mereka menyebarkan ilmu dan tidak
menyembunyikannya serta orang-orang jahil (bodoh) yang wajib bagi mereka
bertanya kepada ahli ilmu bukan kepada orang-orang yang jahil (bodoh)
juga. Sebagaimana sabda Rasulullah “Sesungguhnya Allah tidak
mencabut ilmu dengan serta merta dari hamba-Nya, akan tetapi Dia
mencabut ilmu dengan dicabutnya nyawa para ulama, hingga manakala Dia
tidak menyisakan satu orang alimpun (dalam riwayat lain: Hingga manakala
tidak tertinggal satu orang alim pun), manusia akan menjadikan
pemimpin-pemimpin dari orang-orang yang bodoh, maka tatkala mereka akan
ditanya (tentang masalah agama), lalu mereka akan ber-fatwa tanpa ilmu,
akhirnya mereka sesat dan menyesatkan.” (HR Bukhari)
4. Ilmu merupakan ciri kebaikan seseorang
Dalam sebuah hadits dari Muawiyah Radhiyallahu ‘anhu, Rosulullah bersabda : “Barang siapa yang Allah kehendaki padanya kebaikan, maka Allah akan pahamkan dia adalam (masalah) din (agama).” (Hadits ini diriwayatkan oleh Al-Bukhari no.71 dan Muslim no. 1037). Hadits ini menunjukkan tentang tanda-tanda Allah hendak memberikan kebaikan pada seorang hamba yaitu dengan memberikan pemahaman dalam masalah agama. Hal itu karena dengan paham tentang masalah agama, maka dirinya akan menyembah Allah dengan ilmu dan juga akan menyeru orang lain dengan ilmu juga.
Dalam sebuah hadits dari Muawiyah Radhiyallahu ‘anhu, Rosulullah bersabda : “Barang siapa yang Allah kehendaki padanya kebaikan, maka Allah akan pahamkan dia adalam (masalah) din (agama).” (Hadits ini diriwayatkan oleh Al-Bukhari no.71 dan Muslim no. 1037). Hadits ini menunjukkan tentang tanda-tanda Allah hendak memberikan kebaikan pada seorang hamba yaitu dengan memberikan pemahaman dalam masalah agama. Hal itu karena dengan paham tentang masalah agama, maka dirinya akan menyembah Allah dengan ilmu dan juga akan menyeru orang lain dengan ilmu juga.
Dalam hadits lain Rasulullah bersabda : ”Yang terbaik di antara kalian adalah orang yang belajar Al-Quran dan mengajarkannya” (HR. Al-Bukhari no. 5027). Imam Ali berkata “nilai seseorang sesuai dengan apa yang dikuasainya”. Imam Syafii mengatakan “Apabila
engkau menghendaki dunia hendaklah dengan ilmu, apabila engkau
menghendaki akhirat hendaklah dengan ilmu dan apabila engkau menghendaki
keduanya hendaklah dengan ilmu”
5. Ilmu yang bermanfaat memiliki pahala yang sangat besar
Rasulullah bersabda : “Apabila seorang manusia meninggal maka terputuslah pahala segala amalannya kecuali dari tiga perkara ; yaitu sadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau anak shalih yang mendoakannya [HR. Muslim no. 1631]. Dalam hadits lain Rasulullah bersabda : “Barangsiapa yang menyeru kepada petunjuk, maka ia akan mendapatkan pahala sebanyak pahala orang yang mengikutinya tanpa mengurangi sedikitpun dari pahala mereka. Barangsiapa yang menyeru kepada kesesatan, maka ia akan menanggung dosa sebanyak dosa orang yang mengikutinya itu tanpa mengurangi sedikitpun dari dosa mereka” (HR. Muslim no. 2674)
Rasulullah bersabda : “Apabila seorang manusia meninggal maka terputuslah pahala segala amalannya kecuali dari tiga perkara ; yaitu sadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau anak shalih yang mendoakannya [HR. Muslim no. 1631]. Dalam hadits lain Rasulullah bersabda : “Barangsiapa yang menyeru kepada petunjuk, maka ia akan mendapatkan pahala sebanyak pahala orang yang mengikutinya tanpa mengurangi sedikitpun dari pahala mereka. Barangsiapa yang menyeru kepada kesesatan, maka ia akan menanggung dosa sebanyak dosa orang yang mengikutinya itu tanpa mengurangi sedikitpun dari dosa mereka” (HR. Muslim no. 2674)
6. Ilmu akan mengangkat derajat manusia
Allah Subhanahu Wata’ala berfirman : “Allah mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antara kamu, sedangkan orang-orang yang diberi ilmu (Allah angkat) beberepa derajat ”(Al Mujaadilah 11). Dalam ayat lain Allah berfirman : “Katakanlah!apakah sama orang yang mengetahui dengan orang yang tidak mengetahui” (Az Zumar: 9).
Allah Subhanahu Wata’ala berfirman : “Allah mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antara kamu, sedangkan orang-orang yang diberi ilmu (Allah angkat) beberepa derajat ”(Al Mujaadilah 11). Dalam ayat lain Allah berfirman : “Katakanlah!apakah sama orang yang mengetahui dengan orang yang tidak mengetahui” (Az Zumar: 9).
7. Ilmu akan memudahkan seseorang masuk surga
Rosulullah bersabda :”Barang siap menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR Muslim). Imam Al Bukhari dalam Kitab Shahihnya no. 6412 meriwayatkan bahwa Rosulallah bersabda : “Barangsiapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah memasukkan orang tersebut pada salah satu jalan menuju surga.
Rosulullah bersabda :”Barang siap menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR Muslim). Imam Al Bukhari dalam Kitab Shahihnya no. 6412 meriwayatkan bahwa Rosulallah bersabda : “Barangsiapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah memasukkan orang tersebut pada salah satu jalan menuju surga.
Sesungguhnya malaikat
mengatupkan sayapanya karena ridha kepada seluruh penuntut ilmu.
Penghuni langit dan bumi, sampai ikan sekalipun yang ada di dalam air
memohonkan ampun untuk seorang alim. Keutamaan seorang alim dibandingkan
seorang ahli ibadah seperti keutamaan cahaya bulan purnama dibandingkan
cahaya bintang-bintang. Para ulama adalah pewaris para nabi, namun
mereka tidak mewariskan dinar maupun dirham. Mereka hanyalah mewariskan
ilmu. Barangsiapa yang mengambil ilmu tersebut sungguh ia telah
mendapatkan bagian yang banyak dari warisan tersebut”
8. Ilmu akan menghidupkan hati
Ibnu Qoyim mengatakan bahwa sesungguhnya hati itu terancam mendapatkan dua penyakit yaitu syubhat dan syahwat, jika hati itu menjangkitinya maka hati mati karenanya. Semua penyakit ini penyebabnya adalah kebodohan dan obatnya adalah ilmu. Di dalam Al Muwaththo karya Imam Malik disebutkan bahwa Lukman berkata kepada anaknya:”Wahai anakku duduklah kamu bersama para ulama dan dekatilah mereka dengan kedua lututmu (bergaul dengan mereka). Maka sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta ‘ala menghidupkan hati-hati yang mati dengan cahaya hikmah sebagaimana menghidupkan (menyuburkan) bumi dengan hujan yang deras (Kitab Al llmu Fadluhu wa Syarfuhu hal 228)
Oleh
karena itu kebutuhan hati manusia terhadap cahaya ilmu merupakan
kebutuhan yang mendesak. Sebagaimana kebutuhan bumi terhadap turunnya
hujan tatkala terjadi kekeringan dan paceklik. Maka ilmu merupakan
mutiara yang sangat berharga bagi setiap muslim. Karena dengan ilmu jiwa
jiwa manusia akan hidup dan sebaliknya jiwa-jiwa mereka akan mati
apabila tidak dibekali dengan ilmu.
Sebagian
orang-orang yang arif berkata “Bukankah orang yang sakit akan mati
tatkala tercegah dari makanan , minuman dan obat¬-obatan? maka dijawab
“Tentu saja, ” Mereka mengatakan “Demikian pula halnya dengan hati jika
terhalang dari ilmu dan hikmah maka akan mati.”
Maka tepat jika dikatakan bahwa ilmu merupakan makanan dan minuman hati, serta penyembuh jiwa. karena kehidupan hati bersandar kepada ilmu. Maka apabila ilmu telah sirna dari hati seseorang berarti hakekatnya dia telah mati. Akan tetapi dia tidak merasakan kematian tersebut. Orang yang hatinya telah mati ibarat seorang pemabuk yang hilang akalnya (disebabkan maksiat yang dia lakukan ).
Maka tepat jika dikatakan bahwa ilmu merupakan makanan dan minuman hati, serta penyembuh jiwa. karena kehidupan hati bersandar kepada ilmu. Maka apabila ilmu telah sirna dari hati seseorang berarti hakekatnya dia telah mati. Akan tetapi dia tidak merasakan kematian tersebut. Orang yang hatinya telah mati ibarat seorang pemabuk yang hilang akalnya (disebabkan maksiat yang dia lakukan ).
0 komentar:
Posting Komentar